Kamis, 23 Januari 2014

Delay of Gratification



Jadi besok hari Jumat tanggal 24 Januari 2014. Menurut jadwal sih, besok ngisi IRS. Berarti SIAK WAR  Berarti gue deg-degan. Halah panjang amat prolog-nya.

Gue deg-degan soalnya baru kali ini ngisi IRS sendiri. Term pertama kemarin udah dipaketin jadwalnya jadi kita tinggal terima jadi. Entah kenapa gue lebih milih kayak gitu aja ._.v

Anyway, hari ini gue nemu sebuah blog yang bagus. Engga sengaja ngeliat karena  Cici Nia ngetweet link-nya. Berhubung gue kehabisan bahan bacaan, gue pun membacanya. Skak mat. Gue menemukan kata-kata seperti ini:

Saya pernah menangisinya, karena memaksakan diri saya untuk berhenti menyapanya dalam kurun waktu yang ketika itu tidak bisa saya pastikan sampai kapan. Mungkin karena saya merasa begitu marah. Bukan, bukan padanya. Saya begitu marah pada diri saya sendiri saat itu. Perempuan ini, hanya tengah menghukum dirinya sendiri.

.....menangisinya, karena memaksakan diri saya untuk berhenti menyapanya........

:)

Inget adegan seorang anak kecil yang ditempatkan di suatu ruangan kosong dan hanya ada dia dengan setoples marshmallow? Anak itu diberi tahu, kalau dia hanya harus diam di tempat itu selama satu jam. Jika anak kecil itu berhasil melewatkan satu jam tanpa memakan marshmallownya, ia akan diberi hadiah dua toples marshmallow, bukan hanya satu. Di percobaan yang dilakukan oleh beberapa anak itu, gue ketawa-ketawa dibuatnya. Ada anak yang terus menerus ngeliat toples itu. Dan akhirnya karena enggak tahan, dia makan marshmallownya. Ada juga yang sibuk main-main dan jauh-jauh dari marshmallow supaya enggak keinget marshmallow itu terus xD

Kalau kata ilmu psikologi, delay of gratification. Sejauh mana lo bisa menahan diri terhadap sebuah “godaan”,  sejauh itu juga lo akan dapat bayaran yang lebih besar dan yang pasti lebih baik. Jauh dari “godaan” yang pernah datang.

Well, kayaknya gue lagi melakukan apa yang anak kedua lakukan #IYKWIM #IfYouKnowApaMarshmallow-nya xD

- Deska

Rabu, 22 Januari 2014

Aku Iri



Boleh enggak aku iri sebentar?

Aku iri sama orang yang kuliahnya jauh. Pengen kuliah yang jauh dari rumah. Tempat kuliah sekarang jauh, sih, tapi maksudku yang benar-benar jauh, yang bisa pulang kalau hanya libur semester atau hari raya aja. Kata mereka, sih, jangan. Jangan pernah berharap jauh-jauh dari rumah. Homesick-nya enggak nahan. Iya, sih, tapi aku pengen nyobain.

Aku iri sama orang yang bisa main gitar. Pengen bisa main gitar. Bisa ngiringin nyanyian aku sendiri. Bisa pamer kalau aku udah bisa genjreng-genjreng gitar, enggak cuma terpesona sama orang yang bisa main gitar aja.

Aku iri, pengen ngerasain gimana rasanya diingini oleh orang lain. Punya pacar gimana ya rasanya? 

Aku iri sama anak teknik. Pengen ngerasain jadi anak teknik. Kangen pelajaran IPA. Kangen ngerjain sesuatu berdasarkan ilmu pasti.

Aku paling iri sama orang yang enggak pernah iri sama apapun.

- Deska

Senin, 20 Januari 2014

20-01-14



Jadi malam ini gue lagi dalam siklus ketawa-senyum-meleleh-terdiam-ketawa-senyum dst. Meleleh? Iya, bayangin aja es batu lagi meleleh. Tapi kalau es batu melelehnya karena panas, kalau gue melelehnya karena suara nyanyian seseorang + permainan gitarnya <3

Gue tau kalian semua pasti langsung mikir yang aneh-aneh. Langsung menebak siapa orangnya. HAHAHAHA padahal mah enggak bakal tau :v gue aja enggak kenal dia siapa *lah*

Iya, buat yang belum tau, gue orangnya demen banget iseng kepo-kepo orang walaupun gak kenal. Ya tapi bukan yang bener-bener stranger banget sih, seenggaknya ada hubungannya apa gitu sama gue.

Kemarin, gue nemu acc twitter seseorang. Pas liat sekilas bio-nya, ternyata doi sekampus sama gue tapi beda fakultas. Itu nemunya juga random banget. Gue aja lupa kenapa bisa nemu.

Berangkat dari twitternya, gue nemu banyak akun doi kayak ask.fm, blog, sampe ke sonklot. Pertama-tama ke ask.fm. Aih, iseng banget. Di situ gue nanya-nanya tijel. Dan herannya ditanggepin juga sama dia :v

Terus gue buka blog-nya. Aih (2), ternyata doi suka nulis. Tulisannya konsisten. Bagus. Bisa bikin gue ketawa-ketawa. Bukan, bukan karena lucu. Karena gue mikir lama buat ngerti bahasannya. Tapi itu yang ngebuktiin doi (lumayan) cerdas haha. Setelah gue baca-baca, orangnya mirip-mirip gue kayaknya. Suka tijel postingannya, suka munchen, suka harry potter. Yah udah, sejenis.

Di blog-nya, ada template sonklot dia. Gue puter. Aih (3). Suaranya...... lumayan. Gitarannya juga.

Tapi cuma satu kekurangannya. Yah satu itu juga fatal sih. Yaudah, enggak bisa gue lanjutin deh (sedih) *lah lo pada ngerti enggak ini bahas apaan? :v*

Inti dari postingan enggak jelas ini adalah, gue suka seneng sendiri kalau nemu orang yang mirip-mirip sama gue. Atau punya kesamaan kesukaan. Bikin gue mikir, ternyata ada juga orang yang kayak gue di dunia ini.

- Deska

Senin, 13 Januari 2014

And.. You Let Her Go

Well you only need the light when it's burning low
Only miss the sun when it starts to snow
Only know you love her when you let her go

Only know you've been high when you're feeling low
Only hate the road when you're missin' home
Only know you love her when you let her go
And you let her go

Staring at the bottom of your glass 
Hoping one day you'll make a dream last 
But dreams come slow and they go so fast

You see her when you close your eyes 
Maybe one day you'll understand why
 Everything you touch surely dies

Staring at the ceiling in the dark 
Same old empty feeling in your heart 
'Cause love comes slow and it goes so fast
 
Well you see her when you fall asleep
 But never to touch and never to keep
 'Cause you loved her too much
 And you dived too deep

Well you only need the light when it's burning low
Only miss the sun when it starts to snow
Only know you love her when you let her go

Only know you've been high when you're feeling low
Only hate the road when you're missin' home
Only know you love her when you let her go

And you let her go

The Passenger - Let Her Go.

Saya menulis ini sambil mendengarkan lagunya. Sambil memikirkan kamu. Berpikir siapa tahu kamu sedang menyanyikan ini. Siapa tahu.
- Deska

Sabtu, 11 Januari 2014

Musik


Hallo semuaaaaa. Lagi apa? Menikmati rintik-rintik hujan ya? Miris amat HAHAHAHAHAHAHAsama. Ini malam Minggu (sengaja enggak gue ubah Sabtu malam, biar keliatan strong). Hujan turun. Waktu yang tepat untuk bersantai di rumah....

Apa? Iya gue tau hampir 99.9999% yang baca ini pasti bilang itu alasan basi banget buat para jomblo. Hanya 0.0000001%  –yaitu gue– yang bilang kalau alasan itu benar adanya. Eh seriusan, gini deh. Walaupun gue ada janji sama seseorang atau sekelompok orang, kalau turun hujan sih gue mikir-mikir lagi (kecuali  dijemput. Kecuali juga, sih, tergantung janjian sama siapa huehehe :v). Lagian ini kan masa-masa liburan, mending puas-puasin di rumah deh sob ngumpul bareng keluarga sebelum nanti balik ke perantauan lagi, iya, enggak? (padahal tiap weekend juga balik).

Kali ini gue mau bahas tentang pengalaman bermusik gue (((PENGALAMAN BERMUSIK))). Hahahaha ini apa banget, serasa gue jago main musik. Main gitar aja senar langsung putus satu (enggak, ding, bercanda). Ya intinya gue mau ceritain tentang musik di sepanjang waktu yang udah gue lalui dalam hidup ini *tsah*.

Setiap orang pasti suka musik. Gue jamin. Cuma mungkin kadarnya aja yang beda-beda. Ada yang sekadar suka, ada yang cinta mati sama musik. Kalau enggak dengerin musik sehari dia bisa stress *serius ini ada*.

Bagi gue, musik itu pelengkap hidup. Gue suka musik tapi gue enggak berlebihan banget. Lagian kan katanya segala hal yang berlebihan itu enggak baik :D mengenai jenis musik, gue enggak terlalu fanatik suka ke suatu jenis. Gue suka musik apa aja selama itu bisa membuat gue bahagia.

Sekarang ngomongin alat musik. Sebenarnya dari kecil gue udah interest main alat musik. Waktu SD, gue ikut ekskul marching band :D gue sempet megang tenor, bass, dan pianika. Rasanya bahagia banget waktu maininnya haha. Terus sempet juga dikadoin ulang tahun keyboard sama mama papa tapi sayangnya enggak gue dalami belajarnya. Sayangnya, di SMP dan SMA gue enggak bisa nerusin kesenangan gue ini. Di dua sekolah selanjutnya itu enggak ada ekskul marching band atau yang sejenisnya. Tapi gue agak terhibur sedikit, di term 2 ini rencananya gue mau ambil mata kuliah buat MPK-seni, yaitu.....Karawitan Jawa. Kayaknya seru! :D

Nah sekarang-sekarang ini gue lagi mupeng banget bisa main gitar. Dari dulu sih, tapi sekarang makin-makin. Semenjak masuk kuliah. Karena gue melihat banyak kesempatan untuk belajarnya hehe. Awal-awalnya gue punya temen yang jago main gitarnya. Terus dia suka cerita-cerita tentang gitar, karena itulah ketertarikan buat bisa maininnya terbit lagi. Dia selalu cerita tentang gimana rasanya, serunya, cara maininnya, awalnya mesti gimana, terus abis itu gimana, blablabla. 

“Enggak usah les, otodidak aja kayak gue,”

“Belajarnya dari kunci-kunci dasar aja dulu, abis itu...”

Dan selalu gue jawab, “Iya, nanti kalau udah ada gitarnya mah gampang haha.”

Yak, masalah utamanya adalah... jeng jeng. Enggak ada gitar. Mau beli? Yang ada pasti dibilang “kamu udah bisa mainnya? Mending belajar dulu baru beli kalau udah bisa.” Kalau dipikir-pikir ya, kayak gitu nanti muter-muter terus kayak siklus krebs dan akhirnya gue enggak bisa main sampai kapanpun -_-

Jadi suatu hari ada kesempatan muncul. Temen kampus gue, Anin, suatu hari menitipkan gitarnya di kosan gue. Setelah minta izin, akhirnya gue coba-coba deh mainin sambil ngeliat chord-nya dari internet. Dan akhirnya... nada lagu-nya kedengeran. Yeay itu suatu prestasi banget bagi gua, walaupun pindah-pindah chordnya juga masih susah banget :v

Pesan moral dari cerita ini adalah... 3K.Keinginan, Kemampuan, dan Kesempatan. Keinginan? Jelas gue sangat tertarik. Kemampuan? Kemampuan di sini gue nilai dari sisi lingkungan. Lingkungan emang penting, sih, mau gimanapun juga. Dan gue sadar gue hidup di lingkungan yang enggak terlalu mementingkan seseorang bisa main musik atau enggak. Kalau dipikir-pikir, dari keluarga besar papa, yang bisa main gitar cuma satu. Pakde Agung (ayah-nya Mbak Ajeng). Usut punya usut, ternyata Mbah Kakung dulu enggak terlalu suka kalau anak-anaknya main musik. Pakde Agung aja sampai dimarahin waktu ketauan beli gitar. Papa dulu sempet diajarin sih main gitar katanya, itu juga belajarnya ngumpet-ngumpet di rumah belakang biar enggak ketahuan Mbah. Kelakuan -_- Tapi kalau lo mau usaha lebih, gue yakin lingkungan enggak akan sangat membatasi malah mungkin berbalik mendukung. Yang terakhir, kesempatan? Nah ini. Beberapa kali gue kayak dikasih “kesempatan” yang bener-bener buat ngebuktiin tekad gue. Dan hasilnya? Belum maksimal.

Yah, tuh kan, tambah mupeng main gitar setelah nulis ini -_- pokoknya nanti setelah gue bisa (entah kapan, doain aja haha), gue akan memposting video gue di sini atau di Youtube sekalian hahahaha (gaya aja dulu).

Yaudah doain gue, ya. Bye! Selamat hujan!

- Deska

Sabtu, 04 Januari 2014

Pemahaman di Kemudian Hari



Pernah enggak dulu waktu masih anak-anak kalian enggak ngerti akan suatu hal yang dilakuin orang dewasa, terus jatuhnya kesel sendiri sama hal itu dan bertanya-tanya kenapa orang dewasa tuh aneh-aneh? Eh tapi sekarang akhirnya kalian tau kenapa orang dewasa ngelakuin itu karena kalian sendiri yang jadi ‘orang dewasa’-nya. Pernah enggak? :D

Gue ada satu cerita tentang itu.

Gue orangnya sangat suka angin. Bukan, ini bukan mau sok puitis, kok. Maksudnya angin adalah hembusan angin. Kalau disuruh pilih naik motor atau mobil, gue lebih milih motor. Soalnya bisa main angin xD kalau naik mobil, kaca mobil pasti gue buka lebar-lebar. Haha aneh, ya, gue? -_-

Suatu hari waktu gue masih SD, gue naik angkot saat pulang sekolah. Kebiasaan gue adalah duduk paling pojok dan nyender di pojok angkot sambil buka jendela angkot lebar-lebar *udah gue certain kan tadi gue suka angin (halah)*. Enggak lama kemudian ada mbak-mbak yyang udah rapi dan wangi banget (potongan wanita kantoran lah) naik dan duduk di samping gue. Kemudian dia melakukan hal yang membuat mood gue hancur seketika. DIA MENUTUP JENDELA ANGKOTNYA! DITUTUP!! Sumpah saat itu gue kesel banget. Oh,iya, kebetulan angkot itu emang lagi penuh banget jadi tambah sumpeklah suasana di dalam angkot. Gue yang kesel mencoba untuk membuka jendela itu lagi pelan-pelan supaya enggak ketauan si mbak-mbak ini. Eh, ternyata setelah kaca jendela kembali sedikit terbuka beberapa saat, si mbak sadar kemudian menutupnya lagi.

Setelah kejadian tak terlupakan itu, besok-besoknya kejadian terus deh peristiwa yang hampir mirip lagi. Dan kemudian muncul suatu pertanyaan dalam diri gue “Eh, kenapa sih semua mbak-mbak nutup jendela angkot? Kan asik ada angin masuk, adem. Emang mereka enggak gerah apa?!”, pikir gue dongkol.

Well, time flies fast. Sekarang umur gue udah mau ganti kepala huehehe. Dan akhirnya gue mendapatkan jawaban atas pertanyaan random gue waktu kecil itu.

Ternyata, mereka enggak mau rambut mereka rusak (re:acak-acakan karena kena angin). Iya, jadi gue mendapatkan jawaban itu karena ngalamin sendiri. Suatu hari gue mau jalan sama temen gue. Rambut udah ditata rapih-rapih eh pas naik angkot kena angin jadi agak berantakan. Kemudian gue tutup jendela angkotnya dan gue melihat anak kecil yang merenggut ketika gue menutup jendela angkot itu. Haha! IYKWIM :))

Tapi disamping itu, gue masih suka main angin kok. Kalau lagi naik angkot dan emang lagi engga butuh rambut yang rapih-rapih banget, gue tetep buka jendela angkotnya dan ngebiarin rambut gue acak kadut kena angin karena gue selalu bawa sisir haha xD Bedanya kalau sekarang ada mbak-mbak yang naik angkot kemudian menutup jendel angkot, gue udah engga marah-marah dan memakluminya aja :D

- Deska