Minggu, 22 Juni 2014

Postingan Tertunda 2 Tahun

Ceritanya lagi ngubek-ngubek dokumen lama, terus nemu tulisan di bawah. Kayaknya enggak sempet ke-posting di blog yang ini dan lama, jadi... ya udah sekarang iseng aja gue post haha. Dari tanggal last save-nya, tulisan ini dibuat tanggal 1 Maret 2012 :D


Karena semua orang hidup dalam penantian.

Terkadang keduanya menemukan waktu sebagai hal yang membawa mereka pergi.
Keduanya tidak pernah mengungkit ‘mengapa’.

Hati dan rasa adalah sebentuk komplikasi; sesuatu yang tidak pernah dapat didefinisikan.

Kita tidak akan pernah benar-benar berhenti mencintai seseorang. Kita hanya belajar hidup tanpa mereka.

Mencintai seseorang mungkin seperti berjalan di atas lapangan es tanpa merasakan dinginnya. Lapisan esnya bisa retak kapan saja, tapi bagai orang bodoh, kita terus melangkah maju.

Itulah cinta. Itulah hidup. Kita selalu berhadapan dengan dua kemungkinan. Dan kemungkinan itu selalu sama. Fifty-fifty.

Hati-mu selalu tahu apakah pilihan itu benar atau salah. Hati selalu tahu.

Bukankah indah jika kita hidup tanpa mimpi yang muluk-muluk? Tanpa ekspetasi berlebihan yang harus dilampaui? Karena untuk beberapa orang, mimpi adalah membuka mata dan masih mampu melihat hari esok. 

Mimpi yang terlalu besar berpotensi menjadi dekstruktif, membuat orang menjadi serakah, dan lupa bersyukur.

Apakah mungkin measakan dua hal yang kontradiktif pada saat yang bersamaan?

Apa menurutmu aneh, mengobrol tentang apa saja dengan seseorang yang bahkan tidak kamu ketahui namanya?

Sementara dua orang yang tak saling mengenal, tetapi terus berjalan ke arah yang sama, pada akhirnya akan bertemu pada satu titik, tanpa mereka sadari.

Perempuan itu tidak ingat siapa yang memulai, juga siapa yang lebih dulu bertanya. Tapi, mengapa tidak?

Bukankah melupakan adalah sesuatu yang terlalu ekstrem? Bagaimana dengan sesuatu yang lebih sederhana, merelakan, misalnya?

Dan mereka hanya dua orang asing yang tak saling mengenal, kebetulan bertemu di suatu tempat, pada suatu titik waktu.

Hingga salah satunya berharap mereka akan dipertemukan pada salah satu persimpangan, pada dunia yang sebenarnya.

Gue engga percaya pernah nulis itu semua :')

- Deska

Senin, 16 Juni 2014

Emoticonless

Di postingan sebelumnya, pada awal pembuka gue nyinggung-nyinggung tentang ‘perubahan’ tapi malah sama sekali engga kebahas, ya? Hahahahaha maafin, Deska emang masih suka labil dan gak fokus >.<

Jadi ya gitu, gue ngerasa banyak perubahan yang terjadi. Salah satunya adalah gaya bahasa tulisan gue. Gue sekarang jadi emoticonless person gitu kalo texting, chat, atau apapun itu. Gue sendiri bingung kenapa tapi gue punya beberapa dugaan.

Berikut dugaannya.

Buat yang kenal lama sama gue pasti tau kalau gue orangnya sangat suka ngobrol via apapun, tatap muka langsung maupun lewat text/chat. Nah, untuk urusan text/chat, gue bisa dipastikan akan membalas chat orang lain walaupun itu chat engga membutuhkan balasan. Tapi pada akirnya suka kesel sendiri pas tau gue jadi orang yang terakhir ngebales *lah* 

Kemudian memasuki masa kuliah, gue ngerasain perbedaan yang cukup ngebuat kaget *lebay* *eh tp serius*. Temen-temen gue ternyata tipe yang lebih seneng ngomong langsung daripada chat. Jadi berikut contoh percakapan yang terjadi dan yang sebenernya gue harapkan.

Deska: Eh, besok masuk jam berapa? Hehe
Temen Deska: jam 9 haha kok bisa lupa sih lu
Deska: Iya maafin haha, oke makasih yaa :D
Temen Deska: iya sama2 :D
*ini harapan gue*

Deska: Eh, besok masuk jam berapa? Hehe
Temen Deska:  9
Deska: *lah kok gini banget jawabnya* *yaudah engga usah gue bilang makasih ah*
*ini kenyataannya* HAHAHAHAHA. Miris, kan.

Nah, hal itu yang sepertinya membuat gue berubah. Gue kaget karena gue pada dasarnya penganut paham kalo-chat-sebisa-mungkin-ada-haha-atau-emoticon-biar-keliatan-ramah. Karena itu gue shock pas ngalamin hal itu. Engga semua temen emang, tapi kebanyakan.

Yah, emang sih don’t judge a person by his/her words (in text).

Setelah beberapa kali gue mendapatkan punishment (chat yang datar) dan tidak mendapat reinforcement (chat yang banyak emot), perilaku gue berubah *YEAH PSIKOLOGI BELAJAR BANGET GAK SIH*. Perilaku gue menjadi seperti mereka. Sampai temen-temen gue yang biasa nerima sms gue panjang-panjang bingung dan ngira gue lagi bete karena gue bales singkat dan datar HAHA.

Tulisan gue di sini sekalian mau klarifikasi, gue engga bete sama kalian kok. Gue tetep cinta sama kalian :*

Makin engga jelas. Yaudah udahan dulu abis ini ada Jerman, yeay. Doain ya menang :3

-Deska

Arti Setahun

Hah. Satu bulan berlalu dan gue merasakan banyak perubahan yang terjadi.

Sekarang tanggal 16 Juni. Berarti nanti malam ada Jerman vs Portugal. Berarti udah masuk minggu libur kuliah (gak bilang ‘yeay’ soalnya nilai belum keluar). Berarti besok mesti ke Balairung ketemu dedek-dedek maba emesh. Berarti besok ada SBMPTN. Nah, SBMPTN.

SBMPTN bagi gue merupakan saran pembuktian dari segala persiapan yang udah lo perjuangin dari awal kelas 12. Sayangnya gue engga dikasih kesempatan untuk itu hehe. Buat yang ngerasain, kalian hebat banget. Apalagi kalau nanti udah nerima hasilnya. Kalian jauh lebih hebat. Bisa melalui, menunggu hasilnya, kemudian menerima hasilnya dengan ikhlas –baik sesuai atau tidak dengan keinginan- :D

Temen-temen gue cukup banyak yang ikut SBMPTN lagi tahun ini, karena itu sekalian aja gue tulis di sini :D

Semangat buat kalian yang ikut! Gila, gue engga bisa bayangin kalian bisa ngejar materi buat SBMPTN lagi di tengah kesibukan kalian jadi mahasiswa di salah satu universitas dan jurusan yang mungkin emang belum sesuai dengan keinginan kalian (bagi yang tahun ini tetap melihat untuk kuliah). Gue sering wondering dan malu sendiri jadinya kalau ngeliat usaha kalian yang keren-keren itu. Malah gue pernah baca tulisan tentang perjuangan seorang senior gue di SMA dulu yang rela meninggalkan UAS salah satu mata kuliah karena bareng sama waktu pelaksanaan SBMPTN. Alhamdulillah, ke-nekat-an senior gue itu dibayar lunas dengan hasil lolos SBMPTN di univ dan jurusan yang emang dipengenin.  

Jadi dulu di tempat les, gue nemuin sebuah pamflet hasil bikinan guru matematika, namanya Bang Sule. Ceritanya beliau mau ngasih semangat ke anak-anak lesan dengan bikin kata-kata mutiara. Gue lupa dan geu nyesel engga foto kata-kata itu, tapi seinget gue ada kata-kata begini;

Jika kamu mau tahu arti satu detik; tanyakan pada peserta lomba lari
Jika kamu mau tahu arti satu jam; tanyakan pada seorang dokter
Jika kamu mau tahu arti satu bulan; tanyakan pada ibu yang mengandung-mu
Jika kamu mau tahu arti setahun; tanyakan pada seorang pejuang SBMPTN yang mengulang untuk tes tahun depan
Jika kamu mau tahu arti seumur hidup; tanyakan pada orang yang tidak tahu apa passion mereka

Hahaha bingung yang di mana kata-kata penyemangatnya? Gue lupa kayaknya ada di bawah-bawah, tapi inti dari yang gue sampaikan adalah yang di atas itu. Gue engga mau jelasin, coba ngertiin sendiri :p kalau masih engga ngerti dan penasaran, baru tanya gue via apa aja boleh hahaha

Nah menyambung kata-kata di atas... gue agak ‘menyesalkan’ temen-temen lain yang enggak ‘coba’ untuk usaha lagi padahal ia mampu dan engga ada penghalang yang berarti. Jadi intinya cuma masalah kemauan. Hm no offense. Tapi, gimana, ya. Gue tau mungkin kalau gue jadi mereka, gue juga ga seberani itu ngambil SBMPTN lagi. Gue cuma engga bisa bayangin gimana rasanya kuliah engga sesuai sama passion kita, hehe. Sorry kalau bahasa gue terlalu kasar atau sok tau atau sok-sok lainnya. Gue hanya gatau harus mendiskusikan ini dengan siapa.

Hm gue mencoba berpikir dari sudut pandang kalian dan mugnkin bisa ngebayangin, sih. Asumsi gue, pada akhirnya kalian cocok dengan jurusan dan univ yang sekarang karena baru sadar itu passion yang selama ini engga keliatan :D

Eh, ya sudahlah, engga penting. Pada intinya, gue berharap kita semua mendapatkan yang terbaik dan yang sesuai dengan usaha, doa, dan restu orang-orang terdekat kita, aamiin. Usaha engga akan pernah mengkhianati, kok :D

-Deska