Ceritanya lagi ngubek-ngubek dokumen lama, terus nemu tulisan di bawah. Kayaknya enggak sempet ke-posting di blog yang ini dan lama, jadi... ya udah sekarang iseng aja gue post haha. Dari tanggal last save-nya, tulisan ini dibuat tanggal 1 Maret 2012 :D
Karena semua orang hidup dalam penantian.
Terkadang keduanya menemukan waktu sebagai
hal yang membawa mereka pergi.
Keduanya tidak pernah mengungkit ‘mengapa’.
Hati dan rasa adalah sebentuk komplikasi;
sesuatu yang tidak pernah dapat didefinisikan.
Kita tidak akan pernah benar-benar berhenti
mencintai seseorang. Kita hanya belajar hidup tanpa mereka.
Mencintai seseorang mungkin seperti
berjalan di atas lapangan es tanpa merasakan dinginnya. Lapisan esnya bisa
retak kapan saja, tapi bagai orang bodoh, kita terus melangkah maju.
Itulah cinta. Itulah hidup. Kita selalu
berhadapan dengan dua kemungkinan. Dan kemungkinan itu selalu sama.
Fifty-fifty.
Hati-mu selalu tahu apakah pilihan itu benar atau
salah. Hati selalu tahu.
Bukankah indah jika kita hidup tanpa mimpi
yang muluk-muluk? Tanpa ekspetasi berlebihan yang harus dilampaui? Karena untuk
beberapa orang, mimpi adalah membuka mata dan masih mampu melihat hari esok.
Mimpi yang terlalu besar berpotensi menjadi dekstruktif, membuat orang menjadi
serakah, dan lupa bersyukur.
Apakah mungkin measakan dua hal yang
kontradiktif pada saat yang bersamaan?
Apa menurutmu aneh, mengobrol tentang apa saja
dengan seseorang yang bahkan tidak kamu ketahui namanya?
Sementara dua orang yang tak saling
mengenal, tetapi terus berjalan ke arah yang sama, pada akhirnya akan bertemu pada
satu titik, tanpa mereka sadari.
Perempuan itu tidak ingat siapa yang
memulai, juga siapa yang lebih dulu bertanya. Tapi, mengapa tidak?
Bukankah melupakan adalah sesuatu yang
terlalu ekstrem? Bagaimana dengan sesuatu yang lebih sederhana, merelakan,
misalnya?
Dan mereka hanya dua orang asing yang tak
saling mengenal, kebetulan bertemu di suatu tempat, pada suatu titik waktu.
Hingga salah satunya
berharap mereka akan dipertemukan pada salah satu persimpangan, pada dunia yang
sebenarnya.
Gue engga percaya pernah nulis itu semua :')
- Deska