Percaya enggak, kalau keadaan saat kita lahir sedikit banyak
‘memengaruhi’ kita untuk kehidupan yang akan dilalui? Tbh, gue agak bingung
jelasin memengaruhi-nya dalam bentuk apa. Dibilang kepribadian, enggak juga. Sifat,
bukan juga. That’s why gue tulis pakai tanda kutip :v
Gue akan mencoba menjelaskan apa yang gue maksud sekalian cerita
aja kali, ya.
Udah pada tau, kan, kalau gue suka banget sama hujan. Bukan,
bukan berarti setiap ada hujan terus gue hujan-hujanan. Gue suka sama keadaan
saat hujan. Suaranya. Bau tanahnya. Tapi waktu itu gue enggak tau kenapa bisa
suka sama hujan.
Sampai akhirnya, mama mengatakan sesuatu di bulan Desember
kemarin,
“Seharian hujan terus, ya. Sama banget kondisinya kayak waktu mama ngelahirin Caca.”
Caca? Well, emang cuma mama yang manggil gue Caca -_-
Di situ gue langsung dapat pencerahan. Tring! Mungkin itu
sebabnya gue suka hujan. Tiba-tiba gue teringat juga sebuah cerita. Eh, atau
sebuah penilitian? Entahlah gue enggak yakin. Tapi gue pernah tau ada cerita
tentang anak yang dilahirkan dalam kondisi konflik/perang. Besarnya, anak itu
menjadi agresif, mudah marah, dan memiliki sifat-sifat keras lainnya. Sama
seperti teman-temannya yang dilahirkan pada saat itu juga.
Contoh lain, balik lagi ke gue. Keluarga dari papa itu termasuk hitungan
keluarga besar (banget). Cerita sedikit, papa adalah anak ke-6 dari 9
bersaudara. 9 anak ini juga mempunyai anak (bahkan udah banyak yang punya cucu
lagi) yang lumayan banyak. Jadi kalau mudik, udah berasa kumpul sekampung
sendiri :D
Nah gue orangnya sangat seneng kalau berkumpul sama orang
lain. Senang berada di sekitar orang lain. Tapi bukan berarti gue enggak bisa
hidup sendiri, sih. Gue juga selalu menghargai dan menikmati waktu-waktu
sendiri gue, kok #tsah #bahasagua. Nah sifat gue yang suka berkumpul sama orang
banyak ini mungkin disebabkan karena gue yang udah terkondisikan oleh
lingkungan keluarga yang besar dan hangat. :3
Bahas keluarga, tiba-tiba kepikiran keluarga gue di masa
depan. Ea. Jadi kepikiran aja punya anak banyak kayaknya seru ya :v 4 atau 5
gitu. Jadi enggak sepi-sepi amat di masa tua-nya nanti. Yah walaupun mereka
bakal pergi juga pada akhirnya, seenggaknya kalau anak banyak, waktu berpisah
dengan semua anak-anak menjadi semakin agak lama :’)
Gue udah kepikiran nama anak nih. Ea (lagi). *padahal belum
diskusi sama calon suami* *calon suami-nya aja enggak tau siapa*. Cuma satu
sih. Nama perempuan. Araina.
Kenapa Araina? Yah susah juga sih jelasin sejarahnya sampai
gue bisa nemu nama itu. Intinya gue menemukan nama itu, yang artinya adalah ratu.
Selain itu, there’s rain in Araina. Yah, itu sih selingan
doang. Karena mama-nya suka hujan, terus anaknya dinamain ‘hujan’ juga :v
Nama tuh penting ya kalau dipikir-pikir. Selain doa, nama
juga bisa nentuin gimana perasaan anaknya saat besar nanti loh.
Kayak temen gue, ada yang misuh-misuh kenapa dikasih nama
seperti itu. Karena menurutnya, nama dia tidak sesuai dengan diri dia sekarang :| Mungkin dia maunya
bisa mengajukan banding dulu kali, ya waktu diberikan nama ketika dia lahir *ya
keles des* *bayi ngajuin banding*
Gue pribadi bersyukur diberi nama Descha. Enggak pasaran :v
walaupun itu nama enggak ada artinya, cuma gabungan dari nama papa dan mama aja
haha :D
-
- Deska
Tidak ada komentar:
Posting Komentar