Minggu, 02 Februari 2014

Araina



Percaya enggak, kalau keadaan saat kita lahir sedikit banyak ‘memengaruhi’ kita untuk kehidupan yang akan dilalui? Tbh, gue agak bingung jelasin memengaruhi-nya dalam bentuk apa. Dibilang kepribadian, enggak juga. Sifat, bukan juga. That’s why gue tulis pakai tanda kutip :v

Gue akan mencoba menjelaskan apa yang gue maksud sekalian cerita aja kali, ya.

Udah pada tau, kan, kalau gue suka banget sama hujan. Bukan, bukan berarti setiap ada hujan terus gue hujan-hujanan. Gue suka sama keadaan saat hujan. Suaranya. Bau tanahnya. Tapi waktu itu gue enggak tau kenapa bisa suka sama hujan.

Sampai akhirnya, mama mengatakan sesuatu di bulan Desember kemarin,

“Seharian hujan terus, ya. Sama banget kondisinya  kayak waktu mama ngelahirin Caca.”

Caca? Well, emang cuma mama yang manggil gue Caca -_- 

Di situ gue langsung dapat pencerahan. Tring! Mungkin itu sebabnya gue suka hujan. Tiba-tiba gue teringat juga sebuah cerita. Eh, atau sebuah penilitian? Entahlah gue enggak yakin. Tapi gue pernah tau ada cerita tentang anak yang dilahirkan dalam kondisi konflik/perang. Besarnya, anak itu menjadi agresif, mudah marah, dan memiliki sifat-sifat keras lainnya. Sama seperti teman-temannya yang dilahirkan pada saat itu juga.

Contoh lain, balik lagi ke gue.  Keluarga dari papa itu termasuk hitungan keluarga besar (banget). Cerita sedikit, papa adalah anak ke-6 dari 9 bersaudara. 9 anak ini juga mempunyai anak (bahkan udah banyak yang punya cucu lagi) yang lumayan banyak. Jadi kalau mudik, udah berasa kumpul sekampung sendiri :D

Nah gue orangnya sangat seneng kalau berkumpul sama orang lain. Senang berada di sekitar orang lain. Tapi bukan berarti gue enggak bisa hidup sendiri, sih. Gue juga selalu menghargai dan menikmati waktu-waktu sendiri gue, kok #tsah #bahasagua. Nah sifat gue yang suka berkumpul sama orang banyak ini mungkin disebabkan karena gue yang udah terkondisikan oleh lingkungan keluarga yang besar dan hangat. :3

Bahas keluarga, tiba-tiba kepikiran keluarga gue di masa depan. Ea. Jadi kepikiran aja punya anak banyak kayaknya seru ya :v 4 atau 5 gitu. Jadi enggak sepi-sepi amat di masa tua-nya nanti. Yah walaupun mereka bakal pergi juga pada akhirnya, seenggaknya kalau anak banyak, waktu berpisah dengan semua anak-anak menjadi semakin agak lama :’)

Gue udah kepikiran nama anak nih. Ea (lagi). *padahal belum diskusi sama calon suami* *calon suami-nya aja enggak tau siapa*. Cuma satu sih. Nama perempuan. Araina.

Kenapa Araina? Yah susah juga sih jelasin sejarahnya sampai gue bisa nemu nama itu. Intinya gue menemukan nama itu, yang artinya adalah ratu.

Selain itu, there’s rain in Araina. Yah, itu sih selingan doang. Karena mama-nya suka hujan, terus anaknya dinamain ‘hujan’ juga :v

Nama tuh penting ya kalau dipikir-pikir. Selain doa, nama juga bisa nentuin gimana perasaan anaknya saat besar nanti loh.

Kayak temen gue, ada yang misuh-misuh kenapa dikasih nama seperti itu. Karena menurutnya, nama dia tidak sesuai dengan diri dia sekarang :| Mungkin dia maunya bisa mengajukan banding dulu kali, ya waktu diberikan nama ketika dia lahir *ya keles des* *bayi ngajuin banding*

Gue pribadi bersyukur diberi nama Descha. Enggak pasaran :v walaupun itu nama enggak ada artinya, cuma gabungan dari nama papa dan mama aja haha :D

-          - Deska

Tidak ada komentar:

Posting Komentar